Pengertian Sahabat Nabi

Pengertian Sahabat Nabi

Bila disebut kata sahabat maka yang tersirat dalam benak setiap manusia muslim pasti mereka adalah orang-orang yang mendampingi Rasulullah.

Memang sahabat adalah orang paling istimewa dalam kehidupan kita seharusnya, setelah Allah dan rasulNya, shalallahu ‘alaihi wa salam. Dan hanya merekalah yang mendapatkan gelar radliyallahu an’hum.

Lalu siapakah mereka?

pengertian sahabat nabi

Para ulama memberikan definisi yang singkat tapi padat; sahabat adalah orang Islam yang pernah hidup di saat Rasulullah masih dan mereka bertemu dengan Rasulullah selama hidupnya dan meninggalnya dalam kondisi Islam.

Dengan begitu maka Abu Jahal, Abu Lahab, Umayyah bin Khalaf dan sejumlah kafirin lainnya. Maka mereka tidak bisa disebut sebagai sahabat.

Walaupun mereka pernah hidup semasa Rasulullah dan juga pernah bertemu dengan Rasulullah. Tetapi karena sampai matinya mereka masih tetap dalam kekafiran, maka mereka tidak bisa disebut sebagai sahabat.

Hal yang sama juga melekat pada Uwais Al Qarni dan raja Habasyah. Meski mereka telah masuk Islam dan pernah hidup semasa Rasulullah tetapi mereka tidak pernah bertemu langsung dengan Rasulullah.

Maka mereka berdua tidak bisa disebut sebagai sahabat. Meskipun meninggalnya mereka pun dalam keadaan Islam.

Yang jauh lebih merugi adalah Rajjal bin Unfuwwah.

Ya, dia sewaktu Rasulullah masih hidup, dia sering shalat di belakang beliau. Dia juga selalu ikut berperang bersama Rasulullah.

Tetapi ketika zaman khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq, dia justru ikut bergabung bersama Musailamah Al Kadzdzab. Orang yang mengaku setelah sepeninggalnya Rasulullah.

Dan kematian Rajjal bin Unfuwwah pun dalam kondisi sedang menjadi tentaranya Musailamah serta membela mati-matian Musailamah.

Nah karena matinya kafir, maka Rajjal pun juga tidak bisa disebut sebagai sahabat.

Jadi sahabat itu memang spesial. Dan kespesialannya itu sesuai dengan yang disampaikan Abdullah bin Mas’ud radliyallahu ‘anhu, “Sesungguhnya Allah telah melihat hati seluruh hatinya para hambaNya.

Dan ternyata Allah hanya mendapatkan pada hati Muhammad adalah hati paling bersih. Maka Allah angkatlah beliau sebagai nabi dan rasul.

Guna menyampaikan risalah Allah kepada seluruh manusia. Kemudian Allah melihat lagi hati para hambaNya. Lalu Allah dapati hati yang bersih setelahnya adalah hatinya para sahabat.

Maka Allah angkat mereka sebagai pendamping dan mendukung Rasulullah dalam menyampaikan risalah ini”.

Bahkan Ibnu Hajar juga ikut berkomentar, Para sepakat bahwa kemuliaannya para sahabat itu tidak ada yang bisa menandingi”.

Abu Ja’far Ath Thahawi juga berkata dala bukunya (AL AQIDAH ATH THAHAWIYAH, pen.),“Kami mencintai para sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam.

Kami tidak membeda-bedakan mereka dalam kecintaan terhadap mereka. Kami membenci terhadap siapa saja yang membenci para sahabat.

Kami hanya bisa menyampaikan kebaikan mereka (para sahabat) saja. Mencintai mereka adalah bagian dari urusan agama ini, keimanan dan ihsan. Sementara itu membenci mereka adalah bagian dari kekufuran, kefasikan dan melampui batas”.

Subhaanallah. Begitu mulianya mereka. Sampai-sampai Allah sendiri memuji mereka. Sebagaimana firmanNya:

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا.

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. Qs. Al Fath 29.

Wallahu a’lam.

Oleh: Abu Ibrahim

leader permadani alhidayat karpet
Call Now Button