Ibrahim Mencari Tuhan

Ibrahim Mencari Tuhan

Berbicara mengenai nabi Ibrahim ini memang sungguh sangat menarik. Sebab Allah sendiri telah banyak mengkisahkan tentang nabi Ibrahim dalam Al Qur’an. Di antaranya adalah kelurusannya nabi Ibrahim dalam berfikir hingga beliau menemukan Allah sebagai sesembahan manusia yang hakiki.

ketika ibrahim mencari tuhan

Sampai-sampai Allah menyebut nabi Ibrahim yang seorang diri sebagai seorang imam;

إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ.

Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan). Qs. An Nahl 120.

Pada ayat berikutnya lebih diperjelas lagi.

شَاكِرًا لأنْعُمِهِ اجْتَبَاهُ وَهَدَاهُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ.

(lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah, Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus. Qs. An Nahl 121.

Pertanyaannya adalah; kenapa Allah memilih Ibrahim sebagai, bukan yang lain?

Ternyata rahasianya adalah Ibrahim mau berfikir jernih untuk masalah ketuhanan. Yaitu sebelum Ibrahim mencari tuhan, Ibrahim –yang notabenenya anak seorang pemahat yang membuat bentuk tuhan- berfikir.

Kenapa sebuah batu lalu dipahat oleh bapaknya. Setelah berbentuk sesuatu kemudian dijual. Lalu si pembeli meletakkannya pada suatu tempat yang disakralkan dan kemudian disucikan.

Hal ini bagi Ibrahim sangat tidak masuk akal! Bagaimana mungkin, hanya sebuah batu lalu dipahat, dibentuk dengan sesuatu bentuk yang diharapkan. Lalu dipuja, dimintai pertolongan dan sebagainya.

Bukankah benda itu tadinya hanya sebuah batu yang dibentuk oleh manusia (Azar, bapaknya Ibrahim)? Lalu seandainya batu tadi tidak dibentuk dengan bentuk seperti anggapannya msyarakat di sana, bukankah batu itu tidak dikeramatkan?

Dari sinilah akhirnya Ibrahim muda berpendapat bahwa sebenarnya tuhan itu ada tetapi tidak seperti benda yang Ibrahim pikul ke mana-mana untuk dijual (setelah dipahat bapaknya).

Oleh karena itulah Allah mengabadikan kisah pencarian Tuhannya Ibrahim itu dalam Al Qur’an.

Sebelumnya Ibrahim sudah menyampaikan kegundahan hatinya kepada bapaknya, Azar yang selalu membuat patung itu lalu menyembahnya serta mengatakan bahwa semua yang diperbuat bapaknya dan kaumnya adalah suatu kesesatan yang nyata. FirmanNya;

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ.

Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar: “Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata”. Qs. Al An’aam 74.

Setelah Ibrahim menyampaikan perihal kegundahannya barulah Ibrahim semakin intensif memperhatikan tentang alam ini.

Nah karena Ibrahim mau memperhatikan tentang alam inilah akhirnya Allah sedikit demi sedikit mulai membukakan pintu hatinya untuk lebih memperdalam kembali.

وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ.

Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin. Qs. Al An’aam 75.

Dari sinilah Ibrahim mulai menduga-duga tentang tuhan yang sebenarnya.

فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لا أُحِبُّ الآفِلِينَ. فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لأكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ. فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ.

Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: “Inilah Tuhanku” Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam”. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat”. Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”, maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Qs. Al An’aam 76-78.

Mengenai perputaran siang dan malam hingga memunculkan bintang, bulan dan matahari. Yang saat itu dianggap Ibrahim sebagai tuhan, namun setelah bergantinya waktu –siang menjadi malam dan malam berganti siang- akhirnya Ibrahim tidak mengakuinya sebagai tuhan.

قَالَ لا أُحِبُّ الآفِلِينَ (Ibrahim berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam”), Qatadah berkata, “Ibrahim menyakini bahwa Tuhannya itu selalu ada, tidak terus timbul temggelam

Wallahu a’lam

Oleh: Abu Ibrahim

Insya Allah berlanjut.

leader banner alhidayat karpet
Call Now Button